Mengapa harmonisasi penting
Tanpa harmonisasi, regulasi daerah berisiko berbenturan dengan ketentuan pusat, menimbulkan multitafsir, dan memperlambat layanan kesehatan. Penyelarasan memastikan kesesuaian hierarki, konsistensi norma, dan kemudahan implementasi di lapangan.
Langkah praktis harmonisasi
- Pemetaan regulasi – Inventarisasi ketentuan pusat (UU, PP, Permenkes, Kepmen) dan peraturan daerah terkait sektor kesehatan.
- Review substansi – Uji keselarasan asas, ruang lingkup kewenangan, istilah, dan standar pelayanan.
- Konsultasi & klarifikasi – Koordinasi teknis lintas perangkat daerah dan, bila perlu, konsultasi ke Kementerian Kesehatan.
- Perbaikan naskah – Susun draf perubahan/pencabutan atau peraturan baru dengan teknik peraturan perundang-undangan yang tepat.
- Harmonisasi formal – Lakukan proses harmonisasi sesuai mekanisme yang berlaku sampai pengundangan.
- Diseminasi & evaluasi – Publikasikan melalui JDIH, siapkan FAQ, dan lakukan monitoring dampak.
Alat bantu & dokumen kerja
- Matriks perbandingan pusat ↔ daerah (pasal-demi-pasal).
- Daftar istilah untuk konsistensi terminologi layanan kesehatan.
- Template naskah (judul, konsiderans, dasar hukum, batang tubuh, ketentuan penutup).
- Daftar uji kesesuaian kewenangan dan standar pelayanan.
Seluruh dokumen kerja sebaiknya tersimpan dan dipublikasikan di kanal JDIH agar mudah diakses dan diaudit.
Tips koordinasi dengan pemangku kepentingan
- Bangun timeline realistis dengan tonggak harmonisasi yang jelas.
- Gunakan meeting note seragam dan issue tracker untuk tiap pasal krusial.
- Pastikan komunikasi publik: ringkasan perubahan, infografik, dan kanal tanya-jawab.
- Libatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk uji implementasi terbatas (pilot).
Penutup
Harmonisasi yang terencana mengurangi konflik regulasi dan mempercepat manfaat kebijakan bagi masyarakat. Gunakan pendekatan bertahap, dokumentasi rapi, dan publikasi melalui JDIH untuk menjaga akuntabilitas.